Oleh
Rachmat Faizin, S.Pd. dan Syamsul Arifin, S.Pd.
A. Latar Belakang Teater Akar
Manusia sebenarnya tidak pernah lepas dari sebuah pemeranan atau acting. Setiap hari kita makan, minum, tidur, berjalan, berbicara, menangis, tersenyum, tertawa, dan lain sebagainya, itu semua adalah bagian daripada acting. Namun, secara tidak sadar kita tidak tahu bahwa apa yang kita lakukan adalah acting tidak sadar. Bahkan ketika kita baru keluar dari rahim sang Ibu, kita sudah didaulat oleh Tuhan untuk berperan sebagai manusia dengan dunia dan seisinya sebagai panggung pertunjukan. Walaupun dalam kehidupannya peran manusia bisa berubah-ubah, kadang dia berperan sebagai layaknya manusia, kadang bisa juga berperan sebagai Malaikat dan bahkan berperan sebagai Iblis.
Tidak terkecuali kita sebagai mahasiswa yang nantinya kita akan terjun berperan di tengah-tengah masyarakat. Lebih khusus lagi bagi kita mahasiswa FKIP yang tidak bisa kita pungkiri lagi, bahwa nantinya kita akan berperan sebagai seorang guru. Sungguh ironis jika seorang guru tidak bisa menempatkan dirinya berperan sebagai seorang guru, sedangkan kelas adalah panggung, siswa adalah penonton atau penyimak. Sehingga segala penampilan, gerak-gerik, bicara, sikap tidak pernah luput dan menjadi pusat perhatian siswanya. Sangat memprihatinkan jika seorang guru tidak bisa berperan sebagai layaknya seorang guru, maka ia akan cenderung diremehkan, diabaikan, bahkan dilecehkan oleh siswanya sendiri. Sementara kita tahu bahwa anak sekolah sekarang amatlah kritis san cenderung ”berani” kepada guru.
Melihat fenomena yang semacam itu, kami yang ketika itu adalah mahasiswa yang sudah semester VI merasa khawatir dan tidak mampu apabila bekal dalam mengajar dinilai kurang layak. Oleh kerana itu, kami dan kawan-kawan mahasiswa lain sepakat untuk ikut dan membentuk sebuah komunitas teater. Guna membekali diri dalam proses belajar mengajar nantinya.
Tidak lama kemudian kami mendeklarasikan diri membentuk sebuah wadah organisasi kemahasiswaan yang dapat memberikan pembelajaran tentang ilmu pemeranan yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas mental dan kretifitas mahasiswa yaitu di bidang seni teater. Tepat pada hari Sabtu, tanggal 29 Maret 2008 di ruang PBSID. Dengan ketua saudara Syamsul Arifin dan Rachmat Faizin sebagai sekretarisnya.
B. Tujuan Teater Akar
Dalam organisasi, tujuan merupakan salah satu wujud konkret yang berorientasi pada kemajuan bersama. Dalam hal ini tujuan mendasarkan pada visi dan misi organisasi yang ingin dicapai. Ketercapaian suatu
- Meningkatkan daya fikir dan berkreasi terhadap sebuah hasil karya seni, terutama seni berteater;
- Merupakan salah satu media pembelajaran yang variatif, inovatif dan kreatif;
- Merupakan sarana untuk meningkatkan kepribadian, berdedikasi bagi para pelaku dan pekerja seni;
- Untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi sekaligus menanamkan nilai-nilai kemanusiaan di kalangan akademisi, khususnya di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pancasakti Tegal.
C. Kenapa Harus “Akar”
Tentunya bagi anda yang menulis, membaca, atau mendengar kata “akar”, maka akan terlintas atau terbayang dengan sebuah pohon. Entah itu pohon besar atau kecil, entah itu pohon cangkok atau alamiah, entah itu jenis pohon heterogen atau homogen, dan masih banyak yang lain, yang masih terkait dengan “akar”. Kemudian dibenak kita timbulah sebuah pertanyaan, kenapa harus akar? Masih banyak nama yang lain, yang lebih bagus, menarik, dan tentunya lebih keren. Kenapa “akar” yang dipilih? Mungkin itulah secuil pertanyaan yang ada di otak kita, setelah mendengar, membaca atau menulis kata “akar”. Dan penulis yakin masih banyak pertanyaan yang lain mengenai “akar”.
pada mulanya, sebelum akar tumbuh menjadi kuat, menjalar, dan kokoh. Ada aplikasi demokarasi yang dilakukan oleh mahasiswa, ketika itu khususnya mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra dan Indonesia atau yang disingkat PBSID, mencetuskan puluhan nama untuk teater yang akan segera berkibar. Di bawahi ini adalah nama-nama yang diusulkan oleh kawan-kawan mahasiswa PBID.
Syamsul mengusulkan Sawang Teater, Genkster teater (togar), rindu teater (yeni), Rahmat Faizin mengusulkan Teater KanPaz
Dari sekian banyak nama yang diusulkan, mengerucutlah satu nama yang perlu dipertimbangkan yaitu “akar” yang diusulkan oleh kawan Adit Lucky Pracipto atau yang lebih dikenal dengan nama Sarmali. “akar dipilih karena akar merupakan satu titik tumbuhnya suatu pohon, pohon tanpa akar yang kuat maka pohon itu cepat roboh, tumbang ketika diterpa oleh badai angin atau hujan. Pohon dalam hal ini adalah kita sebagai organisasi yang baru tumbuh, yang memerlukan akar yang kuat dan kokoh untuk terus berdiri” menurut Sarmali ketika ditanyakan oleh kawan-kawan mahasiswa yang lain. Kenapa harus “akar?
semangat....
BalasHapus